Pak Sabar
Di usia tuanya, Pak Sabar masih setia memperkenalkan alkohol produk warga desa kepada pengunjung. Sumber gambar: http://feriyuniar.blogspot.com |
“Saya hanya ingin masyarakat di sini bebas dari
kemiskinan, itu saja!”
(Pak Sabar)
Terlihat
sangat kecil Pak Sabar dari jauh pinggir sawah. Seperti biasa setelah sholat subuh,
beliau langsung pergi ke sawah. Badannya kurus, rambutnya beruban diterangi
hangatnya terik matahari pagi. Dengan umurnya yang sudah kepala tujuh, ternyata
beliau masih mau pergi ke tengah sawah. Sambil membawa tongkat, dia mengecek panen padi. Dengan memakai berbaju
lusuhnya, siapa sangka jika dia adalah seorang ketua paguyuban alkohol dan
ketua koperasi di Bekonang. Semua orang di Bekonang kenal beliau. Beliau
terkenal ringan tangan membantu warga dalam menyelesaikan masalah terutama
ekonomi.
Selama
hidup, Pak Sabar sudah banyak makan asam garam. Pengalaman dalam bidang
koperasi beliau tidak dapat diragukan lagi. Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Sapta
Usaha yang dirintisnya semenjak remaja, sekarang telah mampu menggerakkan sebagian
besar pemuda Bekonang. Berbagai penghargaan setingkat nasional pernah beliau
raih. Penghargaan terbesarnya adalah penghargaan dari menteri koperasi di era
Soeharto. Pernah beliau mendapatkan bantuan modal dua miliar pada jaman itu. Sebuah
angka yang sangat fantastis pada masa itu langsung beliau gunakan untuk
memperkuat ekonomi masyarakat Bekonang.
Unik dan
sukar dipercaya, Pak Sabar hanya menggunakan kepercayaan sebagai jaminan ketika
warga meminjam. Justru dengan jaminan kepercayaan inilah KSP tetap berdiri kokoh
dalam terjangan krisis ekonomi. Selain itu, kepercayaan menjadikan masyarakat
tidak terbebani jika meminjam uang. Sebaliknya masyarakat juga tahu diri akan
kewajiban mengembalikan. Masyarakat malu kepada Pak Sabar jika tega tidak membayar
pinjaman. Sampai saat ini, anggotanya terus bertambah mulai dari pengusaha
kecil, pedagang pasar, hingga petani.
Terik
matahari semakin panas, waktunya Pak Sabar pulang ke rumah. Sebagai ketua KSP,
rumah Pak Sabar terlihat sederhana. Di ruang tamunya terlihat foto-foto
kegiatan koperasi dan berbagai penghargaan yang diraihnya. Di meja kerjanya
terlihat buku dan beberapa kertas yang berisi laporan keuangan KSP. Setiap sore
Pak Sabar mengecek laporan keuangan dengan kalkulator pasar besarnya. Unik
memang, di usia senjanya Pak Sabar ternyata masih mampu mengerjakan akuntasi
KSP miliknya. Pikiran beliau juga masih segar ketika diajak berdiskusi tentang
ekonomi. Dengan gaya bicaranya yang kalem, banyak pemuda yang mendengarkannya
dengan cermat. Kata-kata beliau sangat dinanti-nanti oleh mereka.
Selain
koperasi, Pak Sabar ternyata ahli dalam membuat alkohol. Keahlian ini dapatkan
dari sang kakek. Kakek beliau adalah orang pertama yang diajari Kompeni Belanda
untuk membuat alkohol. Saat ini, Pak Sabar dapat dikatakan sebagai orang yang
paling senior dalam membuat alkohol. Keahlian ini juga diturunkan kepada
anak-anaknya yang sekarang ini masih menjalani usaha alkohol. Di sisi lain Pak
Sabar bukan sosok orang yang pelit, beliau dengan senang hati menularkan
keahliannya kepada semua orang yang ingin belajar membuat alkohol. Banyak
akademisi dan pengusaha dari dalam dan luar negeri yang datang berguru
kepadanya.
Saya pernah
berguru kepada beliau. Sudah dua minggu saya diajarkan oleh sang guru untuk
membuat alkohol. Tiap pagi hingga sore saya bergabung dengan para pengrajin
alkohol Pak Sabar. Panas dan aroma badeg yang menyengat tiap harinya tidak
mematahkan semangat kami sebagai pengrajin. Dengan bercanda rasa tidak enak
menjadi hilang seketika. Memang gaya bercanda para pengrajin berbeda dengan
gaya bercanda di bangku kuliah, tapi saya menikmati itu. Di samping alkohol, salah
satu pekerja juga menunjukkan ciu (alkohol
setengah jadi, minuman beralkohol) kepada saya, lalu dia meminumnya dengan
bangga.
Pak
Sabar ternyata memiliki instalasi alkohol yang lain di dalam rumahnya. Instalasinya
dapat dikatakan modern. Berbeda dengan masyarakat Bekonang umumnya yang masih
menggunakan alat seadanya. Pipa stainless
stell terpasang layaknya laboratorium kimia. Instalasi ini merupakan pemberian
pemerintah orde baru untuk membuat alkohol dan bioethanol. Namun beliau menyayangkan,
pemerintah sekarang tidak memberikan perhatian lagi. Justru sekarang pemerintah
malah melarang masyarakat berproduksi, dengan dalih takut alkohol
disalahgunakan untuk minuman beralkohol.
Sebagai
ketua paguyuban alkohol, Pak Sabar mengadakan rapat bersama pengusaha alkohol
di Bekonang di setiap bulannya. Mereka sebagian besar masih saudara dekat.
Rapat umumnya membahas tentang kendala-kendala yang dihadapi para pengusaha.
Keuangan, hubungan dengan pemerintah, gangguan sosial, dan pemasaran adalah
topik yang seringkali dibahas. Alkohol Bekonang umumnya terkendala masalah
pemasaran, produknya disaingi oleh alkohol pabrikan. Mereka kalah sistem. Tak
jarang mereka juga menjual ciu untuk
mengurangi kerugian mereka.
Pak
Sabar menyarankan kepada para pengrajin untuk memprioritaskan pembuatan alkohol
daripada ciu. Walaupun tersendat di
pemasaran, beliau tidak tinggal diam. Komunikasi dengan pemerintah terus beliau
jaga. Beliau secara sukarela memperjuangkan nasib para pengrajin alkohol dengan
meminta bantuan pemerintah berupa modal dan pemasaran alkohol. Ironinya
pemerintah belum bertindak. Akibatnya para pengrajin alkohol seringkali menjual
ciu untuk menutupi kerugian. Melihat
kondisi tesebut, Pak Sabar hanya dapat bersabar dan tawakal.
Sebaik-baiknya
manusia adalah manusia yang bermanfaat untuk orang lain. Beliau sebagai manusia
telah mampu menginternalisasikan nilai keikhlasan dan kebermanfaatan untuk orang
lain. Sekarang ini jarang sekali ditemukan orang mau meletakkan kepentingan umum
di atas kepentingan pribadi. Niat kebaikan Pak Sabar sepatutnya ditiru oleh
masyarakat yang mulai terkungkung oleh nilai-nilai pragmatisme. Beliau telah
berhasil menyepikan dirinya dari riuhnya persaingan kekuasaan dan kekayaan. Jika
dikatakan idealis, betapa berat beliau mempertahankan idealisme dari usia muda hingga
usia senja menghampirinya. Semoga di lain masa akan muncul Pak Sabar muda yang
mampu membuat hidup ini menjadi lebih baik. Amin.
Catatan: Pak Sabar yang dimaksud dalam tulisan ini adalah Bapak Sabaryono. Sekarang beliau tinggal di Dusun Sentul, Desa Bekonang. Latarbelakang beliau persis seperti yang dituliskan di atas. Kesibukan beliau sekarang ini adalah melakukan sosialisasi pupuk cair (produk ciu) kepada para petani di berbagai kecamatan di Sukoharjo secara mandiri.
Catatan: Pak Sabar yang dimaksud dalam tulisan ini adalah Bapak Sabaryono. Sekarang beliau tinggal di Dusun Sentul, Desa Bekonang. Latarbelakang beliau persis seperti yang dituliskan di atas. Kesibukan beliau sekarang ini adalah melakukan sosialisasi pupuk cair (produk ciu) kepada para petani di berbagai kecamatan di Sukoharjo secara mandiri.
0 komentar:
Posting Komentar