Pages

0 komentar

Menyelaraskan Hati dan Pikiran

Ketika melihat teman saya yang baru putus dengan pacarnya. Setiap hari dia berkeluh, lemas, dan tidak rasa dalam menjalankan setiap aktivitasnya. Ditambah lagi, kemarin sore dia tertabrak truk dan kakinya terlindas.


Sungguh kasian....

Kemarin pagi saya berpamitan dengan kakek pemilik kontrakan untuk pulang kampung. Beliau kelihatan sehat, tetapi tatapan matanya kosong. Tanpa rasa apapun, saya pun meninggalkan kontrakan. Setelah sampai di kampung, teman sekontrakan mengabari via SMS bahwa kakek telah pergi meninggalkan dunia untuk selamanya. 

Jika hidup akhirnya mati, lalu apa yang harus kita kejar di dunia?

Saya sudah besar, namun kedewasaan dirasa belum sepenuhnya berpihak kepada saya. Saya bertemu dengan teman saya yang sekaligus pelatih olahraga saya. Saya merasa sungkan untuk numpang berlatih. Saya utarakan pikiran dan hati saya. Saya selesaikan urusan ini tanpa intervensi orang tua. 

Kecil, sederhana, tapi bermakna.

Berat hati tidak dapat mengikuti perlombaan intern universitas. Teman-teman sangat mengharapkan kehadiran saya. Namun tidak bisa akhirnya. Skala prioritas alasan saya. Ya, saya rasa banyak komentar di sana tentang keputusan saya. Tapi itu terserah mereka.

Keteguhan hati harga mati!!

Adik bercerita bahwa dia habis memukuli temannya karena dia dijahili di sekolah. Kata saya, ya boleh saja membalas tapi apakah nanti persoalan menjadi lebih berat? Tidak jawabnya. Yakin? Ya jawabnya. Silahkan saja memang kadangkala harga diri harus diperjuangkan ketika ditindas, begitu pula harga diri bangsa kita.

Tidak ada kata mengalah untuk harga diri!

Selama hidup di dunia ini. Banyak hal yang dirasa ketika pertemanan hidup terjalin. Teman sejati? Teman    oportunis? Teman tapi musuh? Itu biasa terjadi. Itulah dinamika pertemanan.

Mahluk sosial memang unik.

Kemarin saya bercerita tentang sosok orang yang sangat menginspirasi kepada teman saya. Pintar, jiwa pemimpin, ya hebat segalanya. Dia berkata, percuma pintar di pikiran tapi hati dipenjara. 

Benar kata dia.

Mari selaraskan hati dan pikiran