Pages

2 komentar

Balipacker

Berakhir pula perjalanan liburan di Pulau Dewata yang diwarnai dengan rasa senang meski rasa prihatin pun datang. Bersama rekan-rekan dari sastra rusia seperti yuli yang merupakan teman satu kontrakan saya. Lalu si doni dan arif dua teman yang sering main ke kontrakan, dan tiga teman cewek yang baru kenal dan ternyata pernah main ke kontrakan tapi saya kurang memperhatikannya yaitu rani, firdha dan riri. 

Memilih Kota Jogja tepatnya di Stasiun Lempuyangan adalah pilihan tepat bagi kami untuk bertemu dan berangkat bersama menuju Pulau Bali. Sekitar pukul 8.30WIB Kereta Api Sri Tanjung pun membawa kami dari Kota Jogja menuju Kota Banyuwangi. Perjalanan sangat lama sekitar 14 jam lebih, mungkin membosankan namun bagi saya pribadi adalah perjalanan yang menyenangkan. Ditemani oleh teman-teman, Marcos teman saat cari angin di pintu kereta asal Spanyol dan sepasang bapak ibu yang duduk di depan saya dengan ramah mereka mengajak saya mengobrol sembari mengisi kekosongan waktu di kereta.

Waktu menunjukkan sekitar pukul 22.00 WIB, telah sampai kami di Stasiun Banyuwangi Baru yang tak lain merupakan stasiun paling ujung timur di Pulau Jawa. Karena letaknya yang terintegrasi dengan pelabuhan maka membuat kami merasa lebih mudah menuju Pelabuhan Ketapang untuk melakukan penyeberangan Selat Bali. Sebelum kami menyeberang, kami menaiki bus patas AC jurusan Jember-Denpasar. Sungguh terkejut setelah saya masuk bus, segerombolan orang asing telah memasuki bus terlebih dahulu. Mereka sekitar 10 orang yang terdiri orang kulit putih, negro, afrika, dan jepang yang duduk di bus belakang.

Sampailah kami di terminal Mengwi sekitar subuh yang disambut dengan kekosongan dan kesunyian. Lalu kami memutuskan untuk segera pergi ke Kota Denpasar menggunakan mobil sewaan. Alangkah sedihnya ketika kami sampai di penginapan yang kami cari karena kamar tidak ada yang kosong. Dengan keadaan capek, lemas, lapar, ngantuk, dan belum BAB membuat kami agak stress. Dengan proses yang rumit, panjang dan tidak perlu diceritakan di sini akhirnya kami mendapatkan penginapan yang cukup nyaman di siangnya.

Untuk hari pertama, kami pun memulai petulangan di sore hingga malam hari. Hiruk pikuk di Legian, Kuta seperti tidak pernah mati, semakin malam semakin memuncak. The City never sleep mungkin orang bilang. Malam hari itu kami habiskan dengan berjalan-jalan sepanjang Pantai Kuta dan Jalan Legian, makan, dan foto-foto sebentar. Hingga waktu tengah malam, kami pulang ke penginapan untuk rehat sejenak mengumpulkan tenaga untuk hari esok.

Hari kedua merupakan hari yang full untuk menjelajahi Kota Denpasar dan sekitarnya dengan motor sewaan. Walau cuaca pada hari itu sangatlah mendung, kami tak mengurungkan niat sekalipun untuk pergi. Pertama kami menuju GWK (Garuda Wisnu Kencana), seperti layaknya jalan-jalan biasa kami menikmati keindahan patung Dewa Wisnu yang berada di atas buki. Lalu ke Uluwatu menikmati indahnya pantai jurang dan debur ombak pantai yang masih bersih tampak biru putih dan sangat indah sekali. Terakhir kami pergi ke Tanah Lot menikmati sunset dan ombak-ombak yang membasahi kaki kami. Memang hari itu hanya tiga tempat yang dapat kami nikmati, namun juga banyak kejadian yang menyenangkan di saat perjalanan sehingga menambah kesan indah di dalamnya.

Ketiga adalah hari terakhir di Pula Bali, kami waktu itu hanya pergi ke Sukawati untuk membeli oleh-oleh. Teman-teman membeli beraneka ragam, namun saya hanya membeli satu kerajinan yang terbuat dari bambu (saya lupa namanya) ketika diterpa angin akan mengeluarkan bunyi yang sangat merdu. Ketika kami pulang ke penginapan untuk check out ternyata kami menemui masalah, Doni, Arif, dan Firdha terkena tilang polisi karena melanggar lampu lalu lintas. Dengan proses yang belibet akhirnya masalah tersebut dapat teratasi dan kami langsung check out dari penginapan.

Kami akhirnya pulang ke Pula Jawa, sedih memang tetapi tambah sedih ketika uang saya hilang 250 ribu ketika makan siang di perjalanan pulang. Seseorang telah mengambil uang saya, saya menyadari kemudian bahwa pelakunya adalah seorang sopir taksi blue bird yang memesan makanan di sebelah saya. Apa daya setelah kecopetan saya tidak bisa melakukan apa-apa dan hanya mengiklaskan saja. Sungguh beruntung memang walau saya kecopetan, ternyata kartu ATM, KTM, KTP dan sebagainya ternyata masih lengkap. 

Saya akhirnya berpisah dengan teman-teman di Stasiun Solojebres. Sebenarnya setelah di Bali, saya bersama teman-teman ingin ke Jogja untuk bermain di sana selama sehari. Namun karena kocek sudah habis karena dilalap sopir taksi, saya dengan berat hati harus pisah di Solo. Mereka setelah dari Jogja nantinya akan pulang ke Jakarta kecuali si Yuli karena dia dari Madiun.

Alala, Rani, Riri, Firdha, Yuli, dan Doni (Kuta Beach)

Arif, Firdha, Rani, Riri, dan Yuli (Kuta Beach)

1 komentar

Anumerta

Pada mulanya sekedar silaturahmi ke rumah Pak Edi, salah satu rekan renang ketika masih aktif berlatih. Tidak sendirian, kami ada bertiga yaitu Mas Taufik, Nur, dan saya. Terlepas dari cekakaan hingga menyentuh subtansi inti silaturahmi, ada sebuah istilah yang muncul dari perkataan Pak Edi yaitu tentang anumerta. Beliau berkata bahwa dalam sistem kepangkatan dalam TNI terdapat pangkat anumerta yang diperoleh setelah seseorang perwira tinggi melewati jenjang jenderal. Menarik, karena saya selama ini hanya mengetahui bahwa kepangkatan tertinggi dalam angkatan bersenjata ataupun kepolisian adalah jenderal, lebihnya paling jenderal besar ketika jenderal tersebut telah memberikan jasa yang besar dalam karirnya.

Saya pun bertanya kepada Pak Edi tentang apa itu anumerta. Namun Beliau tidak mau menjawabnya, dalam hati saya sungguh "culas" sekali ketika seseorang mengeluarkan sebuah istilah namun tidak mau menjelaskan pengertiaannya. Mungkin bagi semua yang terlibat dalam kunjungan tersebut, istilah anumerta akan hilang dan dianggap sebagai angin lalu. Tetapi saya sampai sekarang masih penasaran tentang apa itu anumerta. Sampailah saya membuka laptop dan mulai berselancar tentang penjelasan anumerta. Sungguh mengecewakan ternyata masih sedikit sekali sumber-sumber yang menjelaskan tentang arti anumerta. Seringkali muncul nama-nama jenderal-jenderal seperti Jenderal Anumerta Ahmad Yani, Jenderal Anumerta Katamso, dan lain sebagainya. 

Anumerta berasal dari bahasa inggris posthumous yaitu tindakan atau kegiatan yang terkait dengan seseorang yang dilakukan setelah yang bersangkutan meninggal dunia. Secara istilah, anumerta adalah sebuah  gelar penghargaan khusus yang diberikan kepada anggota angkatan bersenjata yang meninggal dalam rangka berjasa kepada bangsa dan negara. Dari definisi awal ini maka perlu diluruskan bahwa anumerta bukanlah sebuah struktur kepangkatan namun hanya sekedar gelar penghargaan sebagai wujud hormat kepada anggota bersenjata. Gelar anumerta yang sering didengar dan terkenal di dalam masyarakat adalah gelar anumerta sembilan jenderal yang meninggal di Lubang Buaya akibat pembantaian oleh PKI (G30 S PKI).  Dari sumber lain menyatakan bahwa tidak hanya angkatan bersenjata yang dapat diberikan gelar anumerta, PNS juga memiliki kesempatan untuk memperoleh gelar anumerta ketika PNS tersebut meninggal demi nama baik bangsa dan negara. Berikut merupakan rincian syarat ketika orang mendapatkan gelar anumerta:
  • meninggal dunia dalam dan karena menjalankan tugas kewajibannya,
  • meninggal dunia dalam keadaan lain yang ada hubunganya dengan dinasnya, sehingga kematian itu disamakan dengan meninggal dunia dalam dan karena menjalankan tugas kewajibannya,
  • meninggal dunia yang langsung diakibatkan oleh luka atau cacat jasmani atau cacat rohani yang didapat dalam dan karena menjalankan tugas kewajibannya,
  • meninggal dunia karena perbuatan anasir yang tidak bertanggung jawab ataupun sebagai akibat tindakan anasir itu (BKPP Tangsel, 2012).

Perlu diluruskan kembali bahwa anumerta adalah sebuah gelar penghargaaan. Untuk mendapatkan gelar anumerta ternyata tidak harus melewat jenjang jenderal, jadi angkatan bersenjata bahkan pegawai negeri sipil semua berhak mendapatkan gelar anumerta. Salah satu contoh anggota angkatan bersenjata yang mendapatkan gelar anumerta tanpa melewati jenjang jenderal adalah Kolonel Anumerta I Gusti Ngurah Rai yang telah berjasa dalam mempertahankan Tanah Bali dari jajahan Belanda dengan memimpin pasukan Ciung Wenara hingga perang puputan di Tabanan, Bali. Gelar anumerta biasanya juga diberikan kenaikan satu pangkat kepada anggota yang bersangkutan. Misalkan seorang laksamana muda gugur dalam pertempuran mempertahankan pulau terluar Indonesia, maka anggota TNI AL tersebut mendapatkan gelar anumerta dan pangkat sehingga menjadi laksamana anumerta. 

0 komentar

Negara Agraris atau Negara Kelautan?

Negara Kesatuan Republik Indonesia

Suatu diskusi kecil muncul ketika teman saya memulai pertanyaan, “Indonesia disebut negara agraris atau negara kelautan?”. Sebuah pertanyaan yang mungkin baru terpikirkan bagi sebagian besar orang, begitu pula saya. Menurut teman saya seorang mahasiswa teknik perkapalan UI tersebut berasumsi selayaknya bahwa Indonesia merupakan negara kelautan. Memang benar jika dilogika, jumlah total wilayah laut Indonesia sangat luas dan mampu mengalahkan jumlah luas daratan.

Namun sekarang,  potensi kelautan di Indonesia masih kurang digali, terbukti pasokan ikan laut di Indonesia sangat sedikit dan mahal. Mungkin penyebabnya adalah pola pikir masyarakat lebih cenderung untuk menjadi petani dengan segala gembar-gembor tentang sebutan negara agraris oleh pemerintah. Saya di sini tentunya tidak menyalahkan masyarakat untuk menjadi petani, namun lebih untuk menggali sisi lain yang mungkin kurang terpikirkan bagi masyarakat hingga muncul pikiran, “oh iya, benar juga ya”.

Tidak hanya memaparkan dari segi kewilayahan, negara kelautan ternyata menawarkan segala keuntungan menggiurkan dan efisiensi dalam proses kerjanya. Sebagai seorang nelayan misalkan, ditiap harinya seorang nelayan dapat menghasilkan uang ditiap harinya. Mereka menangkap ikan di laut selama beberapa jam kemudian balik ke pantai dan menimbang hasil tangkapan ke penadah ikan. Seorang nelayan juga hanya mengeluarkan modal kecil untuk mendapatkan keutungan. Mereka dapat menyewa kapal motor atau membelinya dan itupun dapat dilakukan secara patungan. Di China, masyarakat lebih cenderung menjadi nelayan daripada petani karena mereka sadar betul bahwa nelayan adalah pekerjaan yang sangat menggiurkan bahkan mereka sempat-sempat mencuri ikan di Indonesia.

Gizi ikan hasil tangkapan di laut merupakan segit positif yang harus dicermati. Ikan laut yang kaya dengan protein dapat meningkatkan pertumbuhan otak bagi generasi muda. Menurut pengamatan sederhana saya selama saya kuliah di UI terbukti bahwa sebagian besar mahasiswa UI adalah putra-putri daerah yang berasal dari daerah pesisir. Dari pengamatan tersebut maka saya mengambil kesimpulan sederhana bahwa hasil laut sangatlah bermanfaat sekali. Jepang yang notabene makananya selalu dikomposisikan oleh hasil laut juga memberikan dampat positif bagi generasi mudanya. Terbukti negara Jepang merupakan negara yang memiliki kualitas SDM yang tidak diragukan dalam persaingan global.

Berbeda dengan petani, mereka tentunya akan membutuhkan modal besar karena mereka harus membeli atau menyewa tanah yang sangat mahal. Mereka pun juga tidak dapat menikmati hasil di tiap harinya karena menunggu hingga padi panen. Panen juga tergantung dari proses penanaman hingga proses panen, jika ternyata banyak sekali gangguan hama dan musim tentunya selama berbulan-bulan padi tidak menghasilkan hasil yang memuaskan. Selain itu, hasil beras Indonesia juga tidak dapat memenuhi permintaan di dalam negeri. Terlihat Indonesia masih kalah dengan Vietnam dan Thailand untuk cakupan ASEAN.

Untuk menggiatkan hasil kelautan tentu tidak dapat didapatkan dengan mudah. Masalah utama muncul ketika pemerintah Indonesia sekarang ini terlihat sangat kurang mendukung para nelayan. Karena kurang didukung maka timbul dampak seperti harga bahan bakar yang mahal, tidak ada inovasi dari kapal nelayan, dan peralatan yang masih tradisional. “bagusin kapalnya, peralatannya dan subsidi bahan bakarnya” mungkin begitulah yang harus dilakukan pemerintah. Selayaknya hal ini perlu diperhatikan supaya Indonesia menjadi negara kelautan seutuhnya.   

2 komentar

Polri Bodoh Jika Pertahankan Anak Menteri

Kepolisian Negara Republik Indonesia
"Sebagai mahasiswa yang selalu setia mengikuti perkembangan Polri, saya merasa kecewa dengan tindakan pilih kasih kepada anak Menteri Kordinator Perekonomian Hatta Rajasa. Saya menilai bahwa Polri sangatlah bodoh dalam melakukan proses hukum kepada anak menteri tersebut. Entah mengapa saya sampai berani mengatakan bodoh kepada institusi berseragam coklat tersebut, mungkin karena kejengkelan saya atas pekoknya Polri" 

Masih ingatkan dengan kasus tabrakan yang melibatkan Afriani Tugu Tani, model cantik  Novi Amalia, dan Saiful Jamil? Mereka merupakan para pelaku tabrakan yang divonis bersalah oleh hakim tanpa proses yang bertele-tele. Jujur waktu itu, Polri saya acungi jempol karena dapat menyelesaikan kasus dengan cepat dan tepat (iyalah mereka tidak memiliki power). Masyarakat yang sudah gregetan karena ulah para penabrak akhirnya dapat diredam karena para pelaku sudah dijerat hukum dengan semestinya. Namun apa yang terjadi jika pelakunya seorang anak menteri? Polri seolah diam tanpa  kata dan tindakan. Bodoh! Saya tekankan lagi, jika kita survei dengan tingkat kepercayaan masyarakat kepada Polri, jujur saja masyarakat sudah sangat-sangat tidak percaya dengan institusi Polri. Masyarakat sudah muak dengan segala perbuatan Polri. Diskresi tapi bayar, korupsi simulator SIM, uang sogokan masuk Polri, kongkalikong dengan oknum tidak bertanggung jawab, masalah dengan KPK, teroris yang selalu diduga, dan masih banyak lagi cacatnya Polri. Sekarang saya tanya, apa prestasi Polri di mata masyarakat? Kecacatan ini tentunya akan melukai tingkat kepercayaan masyarakat dan membuat Polri semakin mengkeledaikan diri. Sudahilah segala kecacatan ini! 

Dengan kasus anak menteri ini sebenarnya dapat menjadi peluang Polri untuk meraih simpati masyarakat ketika Polri mampu menjadi pahlawan masyarakat di tengah badai kekuasaan. Dengan memberantas segala perbedaan dan ketidakdilan karena jabatan, pangkat, kedudukan atau strata yang lain, maka masyarakat akan menjadi percaya lagi kepada Polri. Sudahlah jangan  pasang badan dan jangan melawan masyarakat. Pemerintah tanpa masyarakat bukanlah apa-apa, tapi masyarakat masih bisa hidup tanpa pemerintah, maka janganlah lawan masyarakat. Lawanlah pemerintah yang tidak adil itu. Janganlah lawan people power, nanti kena batunya sendiri! Sebenarnya jika Polisi masih bersikukuh membela anak menteri tersebut, jujur saja sama dengan Polri bunuh diri. Maka harusnya Polri jangan takut sama menteri bahkan presiden sekalipun jika mereka bersalah, kalaupun dikecam maka semua elemen masyarakat akan mendukung Polri. Semua elemen masyarakat dari rakyat kecil, mahasiswa, LSM dan semuanya pasti akan mendukungmu, jangan takut! Maju teruss! Tegakkan hukum secara adil! 

Sekarang ini mulai muncul perusahaan yang muncul dalam bidang keamanan di Indonesia. Tidak usah disebutkan satu per satu nama perusahaan tersebut dan parahnya ada perusahaan asing. Mereka bekerja secara profesional dan semua orang yang mengakui keprofesionalan mereka. Sebagai seorang pebisnis, mereka tentunya akan melihat peluang ketika Polri semakin cacat. Mari kita bayangkan ketika perusahaan tersebut nantinya akan membuat perusahaan dalam bentuk penegakan hukum seperti polisi dan akan menjadi institusi tandingan Polri. Bayangkan ketika banyak sekali jasa penyidik dan penyelidik bertaburan di negeri ini yang memiliki kualitas lebih hebat, didukung oleh dana perusahaan asing dan sarana yang lebih canggih daripada Polri. Mau dibawa kemana wajah Polri? Mau emang kejadian kaya di Belfast dengan paramiliternya? Yakinlah ketika penegak hukum tidak dapat menjamin keadilan, maka masyarakat akan mencari keadilan sendiri kepada orang/institusi lain (perusahaan keamanan). Ketika semua masyarakat tidak percaya dengan Polri maka tamatlah Polri.