Pages

Pengertian Epistemologi

            Epistemologi dalam filsafat pada dasarnya adalah ilmu yang mengkaji kebenaran secara umum sebuah pengetahuan sehingga dapat ditemukan sebuah kebenaran yang bertanggungjawab. Secara terminologi, epistemologi berasal dari bahasa Yunani yaitu episteme dan logos. Episteme berarti pengetahuan  atau epistamai yaitu mendudukkan atau menempatkan. Sedangkan  secara harfiah epistemologi adalah pengetahuan sebagai upaya intelektual untuk menempatkan sesuatu pada tempatnya. Selain disebut dengan epistemologi, ilmu ini juga disebut dengan gnoseologi yang artinya teori pengetahuan.
Epistemologi dalam mengkaji sebuah kebenaran epistemologi perlu mengetahui ciri-ciri umum sebuah pengetahuan seperti
·           Bagaimanan dasar sebuah ilmu pengetahuan?
·           Bagaimana ruang lingkup?
·           Kritis mengkaji pengandaian / syarat logis dengan mempertanggungjawabkan secara rasional.
Selain itu epistemologi juga disebut ilmu yang evaluatif, normatif, dan kritis. Evaluatif di sini berarti mampu menilai kebenaran yang objektif dan mampu membuktikan bahwa pengetahuan tersebut benar-benar sebuah kebenaran. Normatif berarti imu tersebut dapat memberikan sebuah tolak ukur kebenaran, maksudnya sampai dimanakan sesuatu pengetahuan tersebut dapat diakui sebagai sebuah kebenaran. Dan kritis yaitu mampu mempertanyakan asumsi asumsi, pendekatan-pendekatan, dan kesimpulan-kesimpulan. Adapun tujuan adanya kritis di sini adalah untuk mempertanggunjawabkan kebenaran yang mampu memberikan manfaat bagi kehidupan manusia.
Adapun filsafat yang sering membicarakan epistemologi adalah filsafat sains. Adapun filsafat sains ini adalah langkah awal yang mendorong adanya ilmu pengetahuan. Terdapat dua hal yang harus diperhatikan dalam filsafat sains yaitu metodologi dan manfaat. Metodologi di sini maksudnya dalam filsafat sains sudah terdapat suatu cara-cara yang sah dalam menemukah pengetahuan yang ilmiah yang tercantum dalam metodologi penelitian. Dengan metodologi penelitian tersebut maka sebagai akademisi jika pengetahuan yang dimiliki ingin dijadikan sebuah ilmu pengetahuan haruslah memenuhi unsur-unsur yang ada di dalam metodologi  tersebut. Kemudian manfaat, yaitu bahwa sesuatu yang dianggap sebagai ilmu pengetahuan tersebut selain benar juga harus bermanfaat bagi kehidupan manusia. Manfaat ini nantinya juga akan berguna jika terdapat seseorang yang ingin mengembangkan ilmu pengetahuan yang telah ditemukan.
Epistemologi merupakan sebuah ilmu pengetahuan, namun ilmu pengetahuan epistemologi berbeda dengan ilmu-ilmu pengetahuan yang lain. Adapun perbedaannya adalah terletak pada objeknya, jika ilmu pengetahuan lain belajar tentang objek ilmu itu sendiri maka epistemologi belajar tentang bagaimana objek itu ada dengan melihat dari berbagai pendekatan-pendekatan (belajar tentang proses terbentuknya objek). Dalam pendekatan objek tersebut tentunya tidak lupa untuk mengkritisi terhadap objek-objek yang biasa dianggap sebagai hal yang taken for granted.
Mengenai jenis jenis epistemologi terdapat tiga jenis epistemologi berdasarkan titik pendekatannya yaitu epistemologi metafisis, epistemologi skeptis, dan epistemologi kritis. Epistemologi metafisis adalah epistemologi yang membahas tentang suatu paham, ide, atau ses uatu yang tidak bisa dilihat secara kasat mata misalkan seperti kejahatan. Kejahatan dibahas oleh epistemologi metafisis sebagai sesuatu hal yang tidak bisa dilihat namun dampaknya dapat dirasakan sepenuhnya oleh masyarakat. Epistemologi skeptis yaitu epistemologi yang membahas tentang sesuatu yang terlihat oleh panca indera, maka dari itu segala hal yang diluar diinderawi manusia akan diragukan dalam pendekatan ini. Terakhir adalah epistemologi kritis yang tidak memprioritaskan metafisis dan skeptis namun lebih melihat pada pendekatan asumsu, prosedur, kesimpulan dan disesuaikan dengan akal sehat manusia. Epistemologi kritis tentunya selama ini merupakan pendekatan yang terbaik antara kedua pendekatan sebelumnya.
Dilihat dari objek yang dipelajari, epistemologi terdiri dari dua jenis yaitu epistemologi individual dan sosial. Epistemologi individual adalah sebuah kajian terhadap bagaimana proses individu menemukan dan mengetahui pengetahuan manusia. Epistemologi macam ini telah memberikan sumbangan yang sangat berarti bagi ilmu psikologi kognitif. Salah satu cabang dari epistemologi individual ini adalah epistemologi evolusioner. Epistemologi sosial adalah kajian terhadap proses menemukan sebuah pengetahuan dalam konteks sosial dengan melihat faktor-faktor dan  hubungan-hubungan dalam masyarakat.
Mengapa mempelajari epistemologi?
Menurut Sudarminta, terdapat tiga alasan mengapa mempelajari epistemologi:
1. Pertimbangan strategis: kajian epistemologi perlu karena pengetahuan sendiri sangatlah strategis bagi kehidupan manusia.
2. Pertimbangan kebudayaan: bahwa epistemologi mencari tahu pengetahuan dari unsur-unsur dan sistem kebudayaan yang dianggap penting bagi kehidupan manusia.
3. Pertimbangan pendidikan: sebagai usaha sadar untuk membantuk peserta didik mengembangkan pandangan hidup, sikap hidup  dan keterampilan hidup untuk tidak lepas dari penguasaan pengetahuaan.

Dasar-dasar pengetahuan
Berikut merupakan dasar-dasar munculnya sebuah pengetahuan:
1. Pengalaman: adalah keseluruhan peristiwa perjumpaan dan apa yang terjadi pada manusia dalam interaksinya dengan alam, diri sendiri, lingkungan sosial sekitarnya dan seluruh kenyataan termasuk dengan Tuhan.
2. Ingatan: pengalaman tidak dapat berdiri sendiri, dibutuhkan ingatan untuk menyimpan pengalaman. Adapun ingatan dapat menjadi sebuah pengetahuan yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya apabila memiliki kesaksian atas peristiwa dan ingatan harus bersifat konsisten.
3. Kesaksian: suatu penegasan sesuatu sebagai benar oleh seseorang saksi kejadian atau peristiwa dan diajukan sebagai menerima sesuatu sebagai benar berdasarkan keyakinan akan kewenangan atau jaminan otoritas.
4. Minat dan rasa ingin tahu: Minat mengarahkan pada perhatian terhadap sesuatu yang penting dan rasa ingin tahu adalah keinginan yang mendorong untuk bertanya melakukan penyelidikan atas apa yang dialami dan menarik minatnya.
5. Pikiran dan penalaran: kedua hal tersebut saling berkaitan bahwa dalam proses berpikir membutuhkan penalaran untuk memungkinkan timbul pengetahuan.
6. Logika: logika sebagai sarana penalaran untuk mencapai suatu kebenaran.
7. Bahasa: bahasa merupakan landasan untuk  memungkinkan manusia untuk melakukan penalaran hingga timbul sebuah pengetahuan.
8. Kebutuhan hidup manusia: pengetahuan muncul sebagai dimensi pragmatis dimana pengetahuan muncul sebagai tuntutan pemenuhan kebutuhan.

btemplates

1 komentar:

Euphoria mengatakan...

https://dwightharper.hpage.com/hasilkan-uang-amelalui-kasino-menyenangkan.html

Posting Komentar