Pages

Epistemologi Ilmu Sosial


Pada dasarnya epistemologi adalah ilmu yang mempelajari ilmu (ilmu dari ilmu). Namun jika dipaparkan lebih lanjut epistemologi adalah ilmu yang mempelajari
1. Sumber ilmu (rasio dan empiri)
2. Batas-batas ilmu (phenomenon)
3. Struktur ilmu (hubungan antara subyek dengan obyek)
4. Keabsahan ilmu (kebenaran tentang suatu ilmu)

Epistemologi dalam Ilmu Sosial

1. Sumber Ilmu
Dalam ilmu sosial dikenal tiga sumber pengetahuan yaitu:
a. Sumber pengetahuan positivis
Sumber pengetahuan positivis pada umumnya berasal dari pengalaman empiris dan rasio namun sumber utamanya adalah empiris dan logis. Keempirisan dan kelogisan sebuah ilmu sosial dapat diketahui melalui sebuah penelitian terhadap sebuah sampel yang representatif atau dapat mewakili karateristik populasi penelitian. Jika ternyata hasil penelitian sampel menunjukkan kondisi realita atau dapat menunjukkan hubungan kausalitas yang sesungguhnya maka dapat diketahui hasil penelitian tersebut valid dan patut disebut ilmu pengetahuan sosial dalam paradigma positivis.
b. Sumber pengetahuan interaksionis
Sumber pengetahuan interaksionis berasal dari pengalaman terhadap tindakan sosial menurut pengalaman dan sejarah  aktor (peneliti). Berbeda dengan positivis, interaksionis mendapatkan sebuah ilmu pengetahuan berdasarkan pemahaman akan suatu permasalahan bukan mengukur suatu permasalahan. Karena berupa pemahaman dan berusaha untuk mendapat pengakuan ilmu pengetahuan, maka makna subjektif harus dipahami oleh aktor sendiri dan aktor-aktor lain.
c. Sumber pengetahuan konflik
Dalam paradigma konflik, ilmu pengetahuan diperoleh dari pengalaman kesejarahan yang diwujudkan dan berhubungan dengan struktur dan implikasi global. Bagi para ilmuwan sosial feminis, ini merupakan sebuah sarana untuk perjuangan perempuan dalam emansipasi wanita. Bagi para realis merupakan gambaran keadaan lokal sekarang bukan bermaksud untuk mendekontruksi dan merekontruksi konsep dan ketertiban.
d. Sumber pengertahuan post modern dan budaya
Sumber pengetahuan post modern merupakan hasil gabungan antara unsur-unsur masing-masing paradigma yang terbaik kemudia diperoleh sebuah ilmu pengetahuan yang menjelaskan realitas sosial yang terjadi. Dalam paradigma ini realitas sosial diyakini akan selalu mngalami perubahan.  Bagi budaya, merupakan makna dan pengalaman anggota terhadap cara hidup dalam kebudayaan yang dianutnya.

2. Batas pengetahuan
Pada dasarnya batas pengetahuan ilmu pengetahuan sosial itu sama yaitu harus dapat ditempatkan dalam konteks ruang dan waktu.  Dalam paradigma positivis, batas ilmu pengetahuan harus dapat ditempatkan dimana saja dan kapan saja karena positivis dituntut untuk bersifat universal dan mampu melakukan generalisasi. Bagi paradigma interaksionis, ilmu pengetahuan sosial harus benar menurut rasionalias karena menyangkut mikro sosial yaitu tindakan individu sendiri. Bagi paradigma konflik, batas ilmu pengetahuan ditentukan oleh konteks kesejarahan dalam strukur masyarakat. Dan terakhir bagi postmodern dan budaya, ilmu pengetahuan sosial akan diterima sepanjang apabila ilmu pengetahuan tersebut bermanfaat

3. Stuktur pengetahuan
Pada dasarnya struktur pengetahuan menjelaskan tentang hubungan antara orang yang mencari ilmu pengetahuan (knower) dengan pengetahuannya (knowledge).

Knower <---------> Knowlegde

a. Positivis menjelaskan bahwa knower harus melihat knowlegde sebagai objek. Knower akan menjelaskan apa adanya tentang keadaan objek tanpa intervensi subjektif dari knower. Diharapkan dengan hubungan ini dapat menggambarkan hubungan objektif yang mampu menjelaskan realitas sosial dengan ilmu pengetahuan yang ditemukan. 
b. Interaksionis menjelaskan bahwa knowlegde dijelaskan dengan pemahaman subjektif dari knower. (terdapat hubungan subjektif dari knower kepada knowledge)
c. Konflik menjelaskan bahwa terdapat hubungan keberpihakan dari knower kepada knowledge. Sehingga terdapat sebuah kepentingan knower dalam melihat knowledge.
d. Post modern menjelaskan bahwa terdapat hubungan kepedulian dari knower kepada knowledge.
e. Budaya menjelaskan bahwa knower melihat knowledge karena rasa simpati untuk mempelajari knowledge tersebut.

4. Keabsahan pengetahuan
Terdapat dua cara melihat sebuah keabsahan/kebenaran sebuah pengetahuan yaitu:
a. Apakah sesuatu yang benar itu?
b. Bagaimanan kita tahu bahwa itu benar dan apa kriterianya?

Dalam filsafat ilmu sosial dikenal dua bentuk kebenaran yaitu kebenaran tanpa syarat dan kebenaran kontigensi.

1. Kebenaran tanpa syarat
Kebenaran tanpa syarat adalah suatu kebenaran yang merupakan ekspresi  yang tidak mungkin salah. 
Contoh: segitiga memiliki tiga sisi (tidak mungkin segitiga memiliki enam sisi)
Selain itu kebenaran tanpa syarat juga disebut kebenaran tanpa fakta (apapun itu akan selalu benar). Adapun lawan dari kebenaran tanpa syarat adalah kekeliruan tanpa syarat.
Kebenaran tanpa syarat terbagi menjadi dua yaitu apriori dan kebenaran analitik

Apriori 
Kalimat kunci: "dari dulunya begitu"
-Sebelum mengalami atau independen dari setiap pengalaman dari fakta-fakta atau peristiwa-peristiwa yang terjadi di dunia.
Contoh: air adalah benda berbentuk cair. (dari dulu air selalu berbentuk cair)

Kebenaran analitik
-Kadang-kadang kebenaran bersifat analitik.
-Kontrakdiksi dianggap sebagai perlawanan nalar.
Contoh: mbakyu dan diajeng adalah perempuan. (mbakyu dan diajeng adalah predikat yang dibuat seseorang untuk menunjukkan identitas perempuan)

2. Kebenaran empiris/kontigensi
Yaitu kebenaran dimana untuk mencapai kebenaran tersebut harus melalui tahap-tahap tertentu. Adapun kebenaran kontigensi harus memenuhi syarat berikut ini:
a. empiris yaitu harus berhubungan dengan pengalaman.
b. kebetulan yaitu tergantung pada pengalaman.
c. pernyataan dianggap benar karena kenyataannya begitu.
d. sesuatu dikatakan benar apabila didukung oleh fakta-fakta yang dilihat secara sungguh-sungguh.
Contoh: terdapat mikro organisme di planet mars (untuk mendapatkan pemahaman seperti itu diperlukan tahap-tahap pemahaman dan pengukuran yang didasari oleh fakta-fakta yang mendukung)

*Tulisan ini merupakan review epistemologi ilmu sosial dari perkuliahan filsafat kriminologi FISIP UI


btemplates

0 komentar:

Posting Komentar